Namaku Nilam, kepanjangannya Nilam
Kinasih, aku bekerja di Jakarta sebagai seorang pembantu rumah tangga
merangkap baby-sitter. Majikanku sepasang suami-istri yang baru
punya satu anak yang masih bayi. Tinggal bersama mereka adalah adik
mereka yang sudah lulus kuliah dan mulai bekerja, namanya Wibowo.
Aku memanggilnya Mas Bowo. Saat ini majikanku dengan bayinya sedang pergi ke Singapura, tentu saja aku tidak diajak, aku sendirian di rumah.
Ketika hari senja, Mas Bowo pulang dari kerjadengan motornya. Mas Bowo baik sekali padaku, sangat sopan dan ramah. Semenjak kami tinggal berdua saja, setiap pulang kerja Mas Bowo selalu membawakan oleh-oleh berupa jajanan dan diberikan kepadaku. Ya pisang goreng, ya martabak manis, ya kue donat, tiap hari selalu berbeda. "Mbak Nilam, ini untuk mbak..." kata Mas Bowo sambil tersenyum manis. "Terima kasih Mas..., kok tiap hari dibawain oleh-oleh?", aku tersipu malu... "Kasihan sama mbak, pagi sampai sore kan sendirian di rumah.", Mas Bowo meraih handuknya dan pergi mandi. Ketika sudah jam 7 malam selesai makan, kami berdua duduk di ruang keluarga sambil nonton sinetron di TV.
Jam 10 malam, Mas Bowo masuk kamarnya dan tidur. Ini telah berlangsung 2 hari.... Aku semakin tertarik atau mungkin sudah "jatuh cinta" kepada kebaikan dan kelembutan Mas Bowo. Di malam ketiga, Mas Bowo mulai menunjukkan kasih sayangnya kepadaku. Dia duduk dekat di sampingku, hatiku berdebar kencang, dia memegang tanganku dengan lembut. "Mbak Nilam, aku jatuh cinta sama kamu, kamu begitu cantik, halus dan sopan kepadaku." Wajahku merah padam, aku tertunduk malu.. "Mas Bowo, saya nggak berani menerima cinta Mas, saya perempuan desa..." Dia duduk semakin rapat denganku, diraihnya daguku, dipeluknya aku dan
diciumnya bibirku. Aku tak bisa menolak pelukan dan ciumannya yang mesra. Cuma berlangsung sebentar, mungkin 3 menit.... Tapi telah membuatku mabuk kepayang. "Terima kasih ya mbak..., telah menyambut ciuman kasih sayangku", bisiknya lembut...
Aku tersipu-sipu... tak kuasa mengucapkan sepatah katapun. Cuma anggukan yang sangat kikuk...
"Nilam takut?" tanyanya lagi.
"Ya Mas, mana mungkin Nilam bisa membalas cinta Mas yang begitu anggun?"
"Jangan bilang begitu, kita kan sama-sama manusia, tidak ada kasta-kastaan...
masa' nggak boleh saling jatuh cinta?"
"Mas, Nilam mau tidur dulu...", aku segera bangkit dan beranjak ke kamarku, Mas Bowo ikut berdiri dan menggandeng tanganku, ikut aku masuk ke kamarku. Di depan pintu kamarku, ia mendekapku lagi dan mencium bibirku. Kali ini lebih "panas" dari yang pertama, lumatannya seperti hendak menelan seluruh mulutku,
lidahnya dimainkannya di bawah langit-langit mulutku, membuat darah mudaku mendesir ke seluruh ujung-ujung sarafku. Dia merangkulkan tangan kirinya di leherku, dan aku merangkulkan kedua tanganku di pinggangnya.
Kali ini bibirnya mulai lepas dari bibirku dan menjelajahi leherku dan belakang telingaku, sehingga membuatku semakin "lupa daratan". Aku mulai mendesah manja. Dia tetap sopan dan tidak meraba-raba ke bagian tubuhku yang lebih sensitif...
"Nilam, aku cinta sama kamu," bisiknya di daun telingaku....
"Mas Bowo, Nilam juga sayang sama Mas...."
Dia mulai menggiringku ke pinggir tempat tidurku, dan aku mulai pasrah saja... sambil tangannya meraih skaklar lampu kamarku untuk memadamkannya. Dalam keadaan gelap, aku semakin tidak kuasa menahan diri... ingin rasanya aku serahkan jiwa ragaku kepada Mas Bowo malam ini, sebagai bukti kecintaanku
padanya... Nafasku makin memburu, desahanku semakin menjadi-jadi. Ini sudah berlangsung hampir setengah jam, celana dalamku mulai terasa agak basah, seluruh rangsangan sudah mulai memuncak di sekujur tubuhku.
Mas Bowo mulai menyentuh buah dadaku yang masih terbungkus beha..
sentuhannya begitu lembut, tapi membuatku seperti melayang-layang... Dia terus
melumat bibirku dengan lemah lembut.... Kini ia mulai meremas buah dadaku yang
kiri dari luar dasterku, hatiku makin berdebar-debar keras, darahku makin
mendesir... "Mas, pelan-pelaaaann..." aku mulai mendesah lemah...
Tangan kanannya mulai menggerayangi punggungku dari bawah pakaianku, dia
seperti mencari kaitan beha-ku, dan benar... dia sudah mendapatkannya dan
melepas kaitannya. Segera tangannya membuka retsliting belakang dasterku sampai
ke bawah dan mulai melepas dasterku. Aku hanya memakai celana dalam sekarang,
diremasnya kedua buah dadaku yang kanan dengan irama teratur dan mengkilik
buah dadaku yang kiri dengan jempol dan telunjuknya...
"Maaaassss, Nilam nggak tahaaaan.." Dilepasnya kilikannya dan kini dia memelukku
erat sambil tangannya membelai rambutku yang panjang terurai... Menenangkan
jiwaku yang bergejolak bagai deburan ombak..
"Mas Bowo sayang Nilam, Nilam sayang Mas Bowo nggak?", dibisikkannya kata-kata
indah di telingaku... Aku mengangguk spontan..
Hatiku benar-benar terpaut kepada Mas Bowo, dalam sepanjang hidupku, aku belum
pernah merasakan kasih sayang yang begitu lemah lembut dari seorang laki-laki...
Mas Bowo mulai membuka seluruh pakaiannya, dan kini ia dalam keadaaan
telanjang bulat, tapi aku tak berani melihat kemaluannya, aku merasa sangat
malu... Sekarang ia tengkurap di atas tubuhku, kurasakan tonjolan kemaluannya
yang menempel di luar celana dalamku begitu besar dan betapa kerasnya.
"Nilam mau pegang 'burung' Mas Bowo?" tanyanya.
"Malu, ah Mas.... Nilam belum pernah..."
Tanpa bertanya lagi, ia membimbing tanganku dan membawanya pada
kemaluannya, dimintanya aku menggenggam kemaluannya tanpa aku berani
melihatnya. Astaga! Besarnya dan panjangnyaaaa, mungkin ada 17 cm....
Ia mulai menurunkan celana dalamku dan ditanggalkannya, sekarang kami sama-
sama telanjang bulat.... Mas Bowo kembali mengulum puting buah dadaku, puas di
kiri pindah ke kanan, kiri lagi, pindah kanan lagi, sambil jari-jari tangannya
menyentuh lubang kemaluanku yang sudah mulai becek... Aduuuh, nikmat sekali
rasanya....
Kepala Mas Bowo kini mulai pindah ke bawah, menciumi pusarku, dan terus turun ke
bawah, tepat di depan kemaluanku, kepalanya berhenti, kini lidahnya dijulurkannya,
dan mulai menjilati kemaluanku, mulai dari bibir kemaluanku, terus makin ke
dalam... Sampai kini di ujung itilku, disapu-sapukannya ujung lidahnya ke ujung
itilku....
"Aaaaaaahhhh...", aku meronta kenikmatan..... Halus nian kilikannya pada itilku,
tapi stabil dan terus-menerus. Aku mulai menggelinjang.... Kuangkat pinggulku, tak
kuat menahan geliiii dan rangsangannya yang sangat kuat.....
"Aaaaaaahhh......" desahanku semakin keras, "aduuuh Mas, Nilam rasanya pengen
kenciiiiing", dia tidak menjawab dan terus melakuan sapuan yang semakin mantap
pada itilku.... Saking tak tahannya, aku lepaskan air kemaluanku, tapi sangat
berbeda dengan kencing, karena ini menimbulkan kenikmatan pada sekujur
tubuhku, kukejangkan seluruh tubuhku, dan segera mas Bowo memeluk tubuhku
lagi.....
"Enak, sayang?", tanyanya... Aku tak sanggup menggambarkan rasa nikmat yang
sangat dahsyat itu.... "Enaaaaak Maaaaassss....", itu saja komentarku....
Sekarang Mas Bowo mulai mengangkangkan kedua kakiku dengan kakinya, dan
perlahan-lahan dituntunnya kemaluannya yang masih keras mendekati pintu lubang
kemaluanku.... Aku makin pasrah saja, karena aku masih merasakan kenikmatan
yang memuncak tadi.... Kepala kemaluannya mulai sedikit memasuki kemaluanku,
aku berpikir sejenak, apa bisa masuk? Apa cukup lubang sekecil kemaluanku
dimasuki batang kemaluannya yang begitu panjang dan besar?
"Mas Bowo akan masukkan pelan-pelan, supaya Nilam tidak kesakitan... Kalau agak
sakit, Nilam bilang ya.. Mas akan sabar memasukkannya sedikit-sedikit.
Kenikmatannya bisa 10 kali lipat dari kenikmatan yang baru saja Nilam rasakan
tadi...", demikian janji Mas Bowo...
"Kita pindah ke kamarku aja ya Nilam sayang? Di sana sejuk ada AC-nya. Nilam mau
kan?" tanya mas Bowo kekasihku...
Segera diangkatnya aku dengan kedua tangannya dan dibawanya masuk ke
kamarnya yang sejuk ber-AC, bibirku tetap dikulumnya dengan kuat..
Direbahkannya aku di tempat tidurnya, dirangsangnya aku lagi melalui ciuman pada
bibir, leher, belakang telinga, puting buahdada kiri dan kanan...
Kemaluanku sudah mulai basah lagi. Dikangkangkannya sekali lagi kedua kakiku,
dan tanpa ragu-ragu ia mulai memasukkan batang kemaluannya sedikit demi sedikit
ke lubang kemaluanku.... Aku siap menerima persetubuhan ini dengan penuh cinta
kepadanya. Makin dalam dan makin dalam, makin hangat dan makin hangat, makin
dalam dan makin dalam lagi, sangat hati-hati dan perlahan-lahan.... sampai semua
batang kemaluannya kandas ke dalam lubang kemaluanku. Ia mengambil bantal dan
mengganjalkannya pada bokongku, terasa tusukan batang kemaluannya masuk lebih
dalam lagi.....
"Gimama Nilam sayang? Sakit?" tanyanya lembut penuh kasih sayang...
"Enak Massss", jawabku manja....
Kini ia mulai memaju-mundurkan kemaluannya, aduuuh... gesekannya menimbulkan
rangsangan yang sangat dahsyat pada dinding dalam lubang kemaluanku... ada rasa
geli, ada rasa nyeri, ada rasa nikmat, ada rasa yang sangat memabukkanku...
Semakin lama, kecepatannya semakin bertambah, semakin cepat semakin
menimbulkan rangsangan nikmat... aku sudah mulai hampir mencapai puncak lagi...
Makin lama makin nikmat, makan lama makin enaaaaakkkkk.....
"Maaaaasssss, ennaaaaaaakkkkkk.... Nilam mau keluar lagi...."
"Sebentar lagi ya sayang... Mas juga sudah hampir sampai..."
Nafasku semakin tak keruan, Mas Bowo semakin mempercepat keluar masuk
kemaluannya pada lubang kenikmatanku...
"Massss, Nilam keluar lagiiiiii....." kali ini benar-benar 10 kali lebih nikmat dari
sebelumnya...
Mas Bowo memasukkan kemaluannya lebih dalam, dan terasa ada semburan keras
di dalam lubang kemaluanku.... crooot, croooot, croooot.... dan "Aaaaah, aaaahhh,
aaaaahhhhh", segera mas Bowo ambruk di atas tubuhku.......
Ia belum juga mencabut batang kemaluannya dari lubangku... Perlahan-lahan nafas
kami berdua mulai berangsur-angsur teratur. Mas bowo kembali memelukku,
membelai lembut rambutku, menciumi bibir, kening dan kedua pipiku....
"Puas, sayang?" tanyanya sopan dan lembut... Aku mengangguk manja...
Kini ia mulai mencabut batang kemaluannya. Malam itu, aku tertidur di kamar Mas Bowo, Mas Bowo menyelimutiku dengan penuh kasih sayang, memeluk tubuhku dan
ia tertidur pula. Kami berdua tidur lelap tanpa berbusana....
Aku memanggilnya Mas Bowo. Saat ini majikanku dengan bayinya sedang pergi ke Singapura, tentu saja aku tidak diajak, aku sendirian di rumah.
Ketika hari senja, Mas Bowo pulang dari kerjadengan motornya. Mas Bowo baik sekali padaku, sangat sopan dan ramah. Semenjak kami tinggal berdua saja, setiap pulang kerja Mas Bowo selalu membawakan oleh-oleh berupa jajanan dan diberikan kepadaku. Ya pisang goreng, ya martabak manis, ya kue donat, tiap hari selalu berbeda. "Mbak Nilam, ini untuk mbak..." kata Mas Bowo sambil tersenyum manis. "Terima kasih Mas..., kok tiap hari dibawain oleh-oleh?", aku tersipu malu... "Kasihan sama mbak, pagi sampai sore kan sendirian di rumah.", Mas Bowo meraih handuknya dan pergi mandi. Ketika sudah jam 7 malam selesai makan, kami berdua duduk di ruang keluarga sambil nonton sinetron di TV.
Jam 10 malam, Mas Bowo masuk kamarnya dan tidur. Ini telah berlangsung 2 hari.... Aku semakin tertarik atau mungkin sudah "jatuh cinta" kepada kebaikan dan kelembutan Mas Bowo. Di malam ketiga, Mas Bowo mulai menunjukkan kasih sayangnya kepadaku. Dia duduk dekat di sampingku, hatiku berdebar kencang, dia memegang tanganku dengan lembut. "Mbak Nilam, aku jatuh cinta sama kamu, kamu begitu cantik, halus dan sopan kepadaku." Wajahku merah padam, aku tertunduk malu.. "Mas Bowo, saya nggak berani menerima cinta Mas, saya perempuan desa..." Dia duduk semakin rapat denganku, diraihnya daguku, dipeluknya aku dan
diciumnya bibirku. Aku tak bisa menolak pelukan dan ciumannya yang mesra. Cuma berlangsung sebentar, mungkin 3 menit.... Tapi telah membuatku mabuk kepayang. "Terima kasih ya mbak..., telah menyambut ciuman kasih sayangku", bisiknya lembut...
Aku tersipu-sipu... tak kuasa mengucapkan sepatah katapun. Cuma anggukan yang sangat kikuk...
"Nilam takut?" tanyanya lagi.
"Ya Mas, mana mungkin Nilam bisa membalas cinta Mas yang begitu anggun?"
"Jangan bilang begitu, kita kan sama-sama manusia, tidak ada kasta-kastaan...
masa' nggak boleh saling jatuh cinta?"
"Mas, Nilam mau tidur dulu...", aku segera bangkit dan beranjak ke kamarku, Mas Bowo ikut berdiri dan menggandeng tanganku, ikut aku masuk ke kamarku. Di depan pintu kamarku, ia mendekapku lagi dan mencium bibirku. Kali ini lebih "panas" dari yang pertama, lumatannya seperti hendak menelan seluruh mulutku,
lidahnya dimainkannya di bawah langit-langit mulutku, membuat darah mudaku mendesir ke seluruh ujung-ujung sarafku. Dia merangkulkan tangan kirinya di leherku, dan aku merangkulkan kedua tanganku di pinggangnya.
Kali ini bibirnya mulai lepas dari bibirku dan menjelajahi leherku dan belakang telingaku, sehingga membuatku semakin "lupa daratan". Aku mulai mendesah manja. Dia tetap sopan dan tidak meraba-raba ke bagian tubuhku yang lebih sensitif...
"Nilam, aku cinta sama kamu," bisiknya di daun telingaku....
"Mas Bowo, Nilam juga sayang sama Mas...."
Dia mulai menggiringku ke pinggir tempat tidurku, dan aku mulai pasrah saja... sambil tangannya meraih skaklar lampu kamarku untuk memadamkannya. Dalam keadaan gelap, aku semakin tidak kuasa menahan diri... ingin rasanya aku serahkan jiwa ragaku kepada Mas Bowo malam ini, sebagai bukti kecintaanku
padanya... Nafasku makin memburu, desahanku semakin menjadi-jadi. Ini sudah berlangsung hampir setengah jam, celana dalamku mulai terasa agak basah, seluruh rangsangan sudah mulai memuncak di sekujur tubuhku.
Mas Bowo mulai menyentuh buah dadaku yang masih terbungkus beha..
sentuhannya begitu lembut, tapi membuatku seperti melayang-layang... Dia terus
melumat bibirku dengan lemah lembut.... Kini ia mulai meremas buah dadaku yang
kiri dari luar dasterku, hatiku makin berdebar-debar keras, darahku makin
mendesir... "Mas, pelan-pelaaaann..." aku mulai mendesah lemah...
Tangan kanannya mulai menggerayangi punggungku dari bawah pakaianku, dia
seperti mencari kaitan beha-ku, dan benar... dia sudah mendapatkannya dan
melepas kaitannya. Segera tangannya membuka retsliting belakang dasterku sampai
ke bawah dan mulai melepas dasterku. Aku hanya memakai celana dalam sekarang,
diremasnya kedua buah dadaku yang kanan dengan irama teratur dan mengkilik
buah dadaku yang kiri dengan jempol dan telunjuknya...
"Maaaassss, Nilam nggak tahaaaan.." Dilepasnya kilikannya dan kini dia memelukku
erat sambil tangannya membelai rambutku yang panjang terurai... Menenangkan
jiwaku yang bergejolak bagai deburan ombak..
"Mas Bowo sayang Nilam, Nilam sayang Mas Bowo nggak?", dibisikkannya kata-kata
indah di telingaku... Aku mengangguk spontan..
Hatiku benar-benar terpaut kepada Mas Bowo, dalam sepanjang hidupku, aku belum
pernah merasakan kasih sayang yang begitu lemah lembut dari seorang laki-laki...
Mas Bowo mulai membuka seluruh pakaiannya, dan kini ia dalam keadaaan
telanjang bulat, tapi aku tak berani melihat kemaluannya, aku merasa sangat
malu... Sekarang ia tengkurap di atas tubuhku, kurasakan tonjolan kemaluannya
yang menempel di luar celana dalamku begitu besar dan betapa kerasnya.
"Nilam mau pegang 'burung' Mas Bowo?" tanyanya.
"Malu, ah Mas.... Nilam belum pernah..."
Tanpa bertanya lagi, ia membimbing tanganku dan membawanya pada
kemaluannya, dimintanya aku menggenggam kemaluannya tanpa aku berani
melihatnya. Astaga! Besarnya dan panjangnyaaaa, mungkin ada 17 cm....
Ia mulai menurunkan celana dalamku dan ditanggalkannya, sekarang kami sama-
sama telanjang bulat.... Mas Bowo kembali mengulum puting buah dadaku, puas di
kiri pindah ke kanan, kiri lagi, pindah kanan lagi, sambil jari-jari tangannya
menyentuh lubang kemaluanku yang sudah mulai becek... Aduuuh, nikmat sekali
rasanya....
Kepala Mas Bowo kini mulai pindah ke bawah, menciumi pusarku, dan terus turun ke
bawah, tepat di depan kemaluanku, kepalanya berhenti, kini lidahnya dijulurkannya,
dan mulai menjilati kemaluanku, mulai dari bibir kemaluanku, terus makin ke
dalam... Sampai kini di ujung itilku, disapu-sapukannya ujung lidahnya ke ujung
itilku....
"Aaaaaaahhhh...", aku meronta kenikmatan..... Halus nian kilikannya pada itilku,
tapi stabil dan terus-menerus. Aku mulai menggelinjang.... Kuangkat pinggulku, tak
kuat menahan geliiii dan rangsangannya yang sangat kuat.....
"Aaaaaaahhh......" desahanku semakin keras, "aduuuh Mas, Nilam rasanya pengen
kenciiiiing", dia tidak menjawab dan terus melakuan sapuan yang semakin mantap
pada itilku.... Saking tak tahannya, aku lepaskan air kemaluanku, tapi sangat
berbeda dengan kencing, karena ini menimbulkan kenikmatan pada sekujur
tubuhku, kukejangkan seluruh tubuhku, dan segera mas Bowo memeluk tubuhku
lagi.....
"Enak, sayang?", tanyanya... Aku tak sanggup menggambarkan rasa nikmat yang
sangat dahsyat itu.... "Enaaaaak Maaaaassss....", itu saja komentarku....
Sekarang Mas Bowo mulai mengangkangkan kedua kakiku dengan kakinya, dan
perlahan-lahan dituntunnya kemaluannya yang masih keras mendekati pintu lubang
kemaluanku.... Aku makin pasrah saja, karena aku masih merasakan kenikmatan
yang memuncak tadi.... Kepala kemaluannya mulai sedikit memasuki kemaluanku,
aku berpikir sejenak, apa bisa masuk? Apa cukup lubang sekecil kemaluanku
dimasuki batang kemaluannya yang begitu panjang dan besar?
"Mas Bowo akan masukkan pelan-pelan, supaya Nilam tidak kesakitan... Kalau agak
sakit, Nilam bilang ya.. Mas akan sabar memasukkannya sedikit-sedikit.
Kenikmatannya bisa 10 kali lipat dari kenikmatan yang baru saja Nilam rasakan
tadi...", demikian janji Mas Bowo...
"Kita pindah ke kamarku aja ya Nilam sayang? Di sana sejuk ada AC-nya. Nilam mau
kan?" tanya mas Bowo kekasihku...
Segera diangkatnya aku dengan kedua tangannya dan dibawanya masuk ke
kamarnya yang sejuk ber-AC, bibirku tetap dikulumnya dengan kuat..
Direbahkannya aku di tempat tidurnya, dirangsangnya aku lagi melalui ciuman pada
bibir, leher, belakang telinga, puting buahdada kiri dan kanan...
Kemaluanku sudah mulai basah lagi. Dikangkangkannya sekali lagi kedua kakiku,
dan tanpa ragu-ragu ia mulai memasukkan batang kemaluannya sedikit demi sedikit
ke lubang kemaluanku.... Aku siap menerima persetubuhan ini dengan penuh cinta
kepadanya. Makin dalam dan makin dalam, makin hangat dan makin hangat, makin
dalam dan makin dalam lagi, sangat hati-hati dan perlahan-lahan.... sampai semua
batang kemaluannya kandas ke dalam lubang kemaluanku. Ia mengambil bantal dan
mengganjalkannya pada bokongku, terasa tusukan batang kemaluannya masuk lebih
dalam lagi.....
"Gimama Nilam sayang? Sakit?" tanyanya lembut penuh kasih sayang...
"Enak Massss", jawabku manja....
Kini ia mulai memaju-mundurkan kemaluannya, aduuuh... gesekannya menimbulkan
rangsangan yang sangat dahsyat pada dinding dalam lubang kemaluanku... ada rasa
geli, ada rasa nyeri, ada rasa nikmat, ada rasa yang sangat memabukkanku...
Semakin lama, kecepatannya semakin bertambah, semakin cepat semakin
menimbulkan rangsangan nikmat... aku sudah mulai hampir mencapai puncak lagi...
Makin lama makin nikmat, makan lama makin enaaaaakkkkk.....
"Maaaaasssss, ennaaaaaaakkkkkk.... Nilam mau keluar lagi...."
"Sebentar lagi ya sayang... Mas juga sudah hampir sampai..."
Nafasku semakin tak keruan, Mas Bowo semakin mempercepat keluar masuk
kemaluannya pada lubang kenikmatanku...
"Massss, Nilam keluar lagiiiiii....." kali ini benar-benar 10 kali lebih nikmat dari
sebelumnya...
Mas Bowo memasukkan kemaluannya lebih dalam, dan terasa ada semburan keras
di dalam lubang kemaluanku.... crooot, croooot, croooot.... dan "Aaaaah, aaaahhh,
aaaaahhhhh", segera mas Bowo ambruk di atas tubuhku.......
Ia belum juga mencabut batang kemaluannya dari lubangku... Perlahan-lahan nafas
kami berdua mulai berangsur-angsur teratur. Mas bowo kembali memelukku,
membelai lembut rambutku, menciumi bibir, kening dan kedua pipiku....
"Puas, sayang?" tanyanya sopan dan lembut... Aku mengangguk manja...
Kini ia mulai mencabut batang kemaluannya. Malam itu, aku tertidur di kamar Mas Bowo, Mas Bowo menyelimutiku dengan penuh kasih sayang, memeluk tubuhku dan
ia tertidur pula. Kami berdua tidur lelap tanpa berbusana....
0 komentar:
Posting Komentar